Setelah tragedi WTC pada tanggal 11 september 2001orang ramai
membicarakan tentang fundamentalime beriring dengan terorisme. Sebenarnya
apakah yang dimaksud dengan fundamentalisme. Dalam pengertian klasik
fundamentalisme adalah sebuah gerakan anti terhadap pencerahan, anti terhadap
masyarakat pluralistik, anti terhadap modernisme baik pada sisi budaya dan politik;
terhadap praduga pikiran pribadi, tanggung jawab pribadi, ketidak-pastian,
keterbukaan dan kebutuhan akan pembenaran. Istilah ini digunakan sebagai
istilah struktural untuk menunjuk pada suatu pengungkungan sistem berpikir dan
bertindak pribadi secara sukarela terhadap kritik serta alternatif-alternatif
(strategi politik:374).
Sejarah
Fundamentalisme
Istilah fundamentalisme ada pada awal abad 19 ketika
serangkaian tulisan keagamaan pada tahun 1910-1915 yang terbit di Amerika
Serikat dengan judul “ The Fundamentalism” sub judul tulisan tersebut adalah “
A testimony to truth” atau “Sebuah kesaksian untuk kebenaran”. Tahun 1919, kaum
Kristen Protestan yang menerbitkan serangkaian tulisan tersebut mendirikan
organisasi yang mendunia yaitu “Worlds Cristian Fundamentals Assosiation”.
Tetapi sebenarnya fundamentalisme lahir jauh sebelum itu yaitu pada masa
filosof I. Kant yang mendapat tentangan karena memasukkan unsur modernism
kedalam agama dan teologi. Waktu itu posisi modernime ditentang oleh
fundamentalisme Protestan, Katolik yang menolak masuknya modernisme dalam agama
kemudian membatasi agama sebagai penjaga moral. Upaya menjauhkan agama dari
modernisme dengan melakukan dogmatisisasi sewenang-wenang kemudian dengan memberikan
semacam imunisasi buatan kepada fundamen-fundamen tertentu agar kebal terhadap
semua keraguan dan kritik yang timbul. Dalam perspektif sejarah fundamentalisme
menjadi sebuah reaksi terhadap keterbukaan yang terjadi.
Pada masa kini ada empat yang menjadi penyebab timbulnya
fundamentalisme yang pertama Karena faktor psikologis, mereka yang dilanda
ketidakpasian kehidupan modern kemudian mencari sebuah tempat pelarian yaitu
kesebuah kepastian yang absolut, mereka adalah yang mempunyai ketidak mampuan
untuk menangani sebuah situasi yang terbuka dan beragam atau plural. Yang
ke-dua adalah faktor sosial, motif yang berkembang adalah untuk mengamankan
identitas sosial dalam sebuah masyarakat yang pluralistis. Selanjutnya adalah
faktor politis, motifnya adalah karena kurangnya kesediaan untuk menyesuaikan
diri dengan relatifisme politik demokrasi. Dan yang terakhir adalah faktor
antropologis, motif yang berangkat dari anggapan bahwa manusia tidak akan dapat
eksis tanpa ada suatu alasan yang mendasari keberadaannya.
Gerakan-gerakan fundamentalisme di dunia
Fundamentalisme merebak di seluruh dunia, berkutat pada
orientasi relijius saja tapi juga menyangkut etnis. Pada umumya di dunia yang
kerap muncul adalah fundamentalisme relijius seperti kerap kali pada agama
Islam, tapi sebenarnya juga muncul diseluruh agama di dunia. Seperti
fundamentalisme syiah revolusioner Iran, gerakan dibawah Khomaini ini mampu
merubah Iran menjadi Negara Islam, fundamentalisme sunni di mesir, gerakan ini
bernama Ikwan Al-Muslimin dengan pimpinan awal Hasan Al-Banna, fundamentalisme
Hamas di Palestina dan kemudian baru-baru ini merebaknya perlawanan Iraq Syria
Islam State atau di sebut gerakan ISIS di Irak dan Suriah.
Gerakan fundamentalisme Kristen yaitu pada kaum Protestan
Ulster di Irlandia, fundamentalisme Kristen Prostestan di Amerika Serikat yang
terdiri dari fundamentalisme Konservatif dan fundamentalisme jemaat Pantekosta.
Kemudian fundamentalisme jemaat Pantekosta di Guatemala, fundamentalisme
Comunione e Liberazione (CL) di Italia.
Gerakan fundamentalisme Hindu di India, fundamentalisme
Yahudi yang merebak di Israel dan Amerika Serikat, fundamentalisme Budha yang
merebak di Srilanka, fundamentalisme Sikh yang merebak di Pakistan dan India,
fundamentalisme Shinto di Jepang.
Sedangkan untuk gerakan fundamentalisme di Indonesia tanpak
terang yaitu pada masa Presiden Sukarno dibawah pimpinan Karto Suwiryo dan
Kahar Muzakar yang menolak sila pertama Pancasila yang tidak berunsur Islam
kemudian memuncak dengan pembentukan Negara Islam Indonesia,
pemberontakan itupun ditumpas Sukarno dengan kekerasan. Gerakan fundamentalisme
juga memuncak pada masa Suharto yang timbul karena kekecewaan terhadap rezim
Suharto yang dianggap juga menjauhkan Negara dengan Islam. Suharto dianggap
paranoid atas dukungan yang diberikan untuk menjadikannya sebagai Presiden RI
ke-2, gerakan ini juga ditumpas Suharto dengan cara kekerasan, kejam karena pembantaian
oleh militer seperti di Talang Sari Lampung dan Tanjung Priok.
Penulis : Antoni
No comments:
Post a Comment